Terorbitnya PKS sebagai partai
politik religius nasionalis kanan, merupakan perjuangan panjang dari
para petuah-petuahnya. Dibidangi kelahiranya, dari Lembaga Dakwah
Kampus. Hingga menanjak sebagai organisasi gerakan politik.
Pasca pemilu 2009 mengalami kenaikan
suara cukup menanjak. Namun setelah pucuk pimpinannya ditimpah musibah
rasuah. kini berada dalam ancaman. Tubir jurang kehancuran
Partai
dakwah dengan untaian padi diapit oleh sabit kembar itu. Patut dicatat
bahwa gerakan dakwah kampuslah bermula mencetuskannya. Adalah lembaga
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), yang pertama kali berdiri pada
1967. Dipelopori oleh Muhammad Natsir (Mantan Tokoh dan Elit Masyumi).
DDII bahkan digencarkan oleh
tokoh-tokohnya. Islam bukan sekedar konstruksi teologis semata.
Melainkan juga ideologi politik. Namun rezim otoritarian Soeharto yang
melarang munculnya ideologi, yang akan mengancam posisinya. Maka pada
akhirnya DDII memilih revitalisasi dakwah di kampus. DDII pernah
berafiliasi dengan LMD (Lembaga Mujahidin Dakwah) yang dipelopori oleh
Imadudin Abdulrahim dengan mengkampanyekan doktrin tauhid dan bahaya ghazw
al-fikr
(perang pemikiran) yang berasal dari ideologi Barat kedunia Islam.
Imaduddin menyebarkan ajarannya melalui kurikulum NDP (Nilai Dasar
Perjuangan), diadopsi dari pemikiran Norcholis Madjid.
Pada akhir 1970, ketika tindakan represif
Soeharto semakin kencang. Kampus sengaja dibonsai melaui Normalisasi
Kehidupan Kampus (NKK). NKK melarang aktivitas politik Mahasiswa dan
menggantikan lembaga Mahasiswa yang dulunya independen (Dewan
Mahasiswa).
Namun dengan geliat dari peristiwa
runtuhnya rezim Iran 1970-an. Memantik jiwa dan semangat dakwah di
kalangan Mahasiswa Muslim untuk menjadi bahagian umat Islam seluruh
dunia. Gerakan dakwah kampus semakin solid. Karena diikat dengan
perasaan kekeluargaan.
Di kalangan kampus kembali terlahirkan
semangat melaksanakan nilai-nilai islam. Begitu ramai tampak dengan
penggunaan jilbab dan baju koko diberbagai kalangan Mahasiswi/
Mahasiswa. Mesjid kampus semakin ramai. Hingga terbentuk Lembaga Dakwah
Kampus (LDK). Beberapa pihak pimpinan kampus bahkan mengakui LDK sebagai
UKM intrakampus.
Di pertengahan 1980-an LDK resmi
didirikan sejumlah Mahasiswa yang aktif dalam kegiatan dakwah kampus.
Tepatnya di Universitas Indonesia. Lembaga Dakwah Kampus kemudian
semakin memiliki pengikut. Tersebar di daerah-daerah. Puncaknya,
terbentuklah Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) pada 1986
sebagai metamorfosa dari LDK.
Dengan memanfaatkan pertemuan ke-10 FSLDK
di Malang. Dihadiri ratusan Mahasiswa dari seluruh Indonesia. Beberapa
aktivis mengumumkan pembentukan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia). Pada waktu itu.
Momentum krisis 1998 dijadikan peluang
oleh para aktivis KAMMI. Mereka menggelar aksi. Sebagai protes untuk
mempercepat gerakan reformasi. Banyak kelompok ikhwan, tarbiyah
turun ke jalan. Sebagai tanda, gerakan yang pada mulanya bergerak
dibidang dakwah ini. Secara perlahan KAMMI. Menjadi gerakan sosial
politik. Berlakulah pandangan ‘al-jama’aah hiya al-hizb wa al-hizb
huwa al-jama’ah (gerakan adalah partai dan partai adalah gerakan)”
Pasca kejatuhan rezim Soeharto 29 Mei
1998. Tokoh-tokoh KAMMI mulai memikirkan untuk mendirikan Partai Islam.
Pada tanggal 20 Juli 1998 berdirilah PK di Jakarta. Sehingga bukan hal
mengagetkan. Jika banyak pengamat politik, mensinyalir KAMMI sebagai
”sayap Mahasiswa PK/ PKS
Awal dari gerakan partai Islam ini yang
bernama Partai Keadilan tampaknya masih belum mendapat simpati publik.
Diawal kelahirannya. Oleh suara partai hanya diperoleh dari kader dan tarbiyah
kampus saja. Partai Keadilan (PK) masih terkesan inklusif. Sehingga
pemilu 1999 PK hanya mendulang suara 1,3 %.
Berlakunya sistem electoral treshold
(UU No 3/ 1999 tentang Pemilu) mensyaratkan 2 %, suara dari calon
yang terpilih pemilu periode sebelumnya. Maka pada 2 Juli 2003 akhirnya
PK harus mengubah namanya menjadi PKS.
Dan menggabungkan semua anggota Dewan dan kadernya. PKS menyelesaikan
seluruh proses verifikasi Departemen Kehakiman dan HAM. Di tingkat Dewan
Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah.
PKS yang memang sedari awal dibentuk
sebagai partai kader. Tidak mengenal penokohan . Sebagai partai
egalitarian. Mulai membuka diri sebagai partai Islamis Pancasilais. Di
samping menjual isu-isu Islam. Seperti protes atas invasi Amerika ke
Irak, protes perang Israel-Palestina. Juga sudah mulai menyorot isu
nasional. Dengan slogan partai yang bersih, mulia, tidak korupsi. PKS
membawa angin segar perubahan . Hingga suara diraup pada pemilu 2004
sebanyak 7, 34 % (45 kursi).
Pemilu yang dihelat di tahun 2009.
Nampaknya PKS semakin bergerilya membuka keran politiknya di kalangan
eksternal. Dibawah komando Presiden PKS, Tiffatul Sembiring. Secara
terbuka menggalang aksi. Turun ke jalan, tidak tangung-tangung.
Melibatkan anak-anak kecil, anak punk, perempuan tanpa jilbab.
Turun ke jalan menggalang soliditas dalam menyikapi masalah
transnasional. Sebut misalnya aksi pembakaran bendera Denmark. Gara-gara
kemarahan Islam akibat pemuatan kartun nabi Muhammad. Di salah satu
majalah, di negara itu.
Kekuatan basis elektoal PKS di pentas
pemilu 2009. Dengan kemampuannya membentuk sebagai partai yang kritis.
Bahkan tak sungkan melakukan pendaftaran relawan jihad ke Palestina
(meski pengiriman tersebut tidak pernah jadi-jadi). Menguatkan
kepercayaan kader-kader di tingkat bawahi. Sebagai partai yang berjuang
di jalan dakwah. Pemilu 2009 membuktikan PKS berhasil mendulang suara 7,
9 % (57 kursi).
Kini di era pemerintahan SBY-Boediono. Di
bawah Kabinet Indonesia Bersatu jilid II. Banyak pemilih dan kader
PKS yang mulai kecewa. Terutama dengan bergabungnya partai dakwah
tersebut. Dalam Setgab koalisi SBY. Bahkan terkadang partai bulan sabit
kembar ini menjadi koalisi kutu loncat. Kadang memihak pada pemerintah,
kadang beroposisi.
Pasca Mukernas di Bali. Ia mengukukan
dirinya. Sebagai partai yang terbuka nonmuslim. Menyebabkan semakin
banyak kadernya yang kecewa. Terutama dari kader-kader akar rumput. Yang
sudah berjuang mati-matian. Mereka yang rela merogoh kocek milik
pribadi untuk partai. Demi berjuang di jalan Allah. Lalu petingginya,
telah memutar haluan hanya untuk kepentingan kekuasaan.
Bulan April 2011 bahkan menjadi tamparan keras bagi Partai dakwa itu.
Sebagai partai yang selalu bergerak dalam syariah yang bersih.
Ternyata seorang kadernya. Arifinto kecimprat dari kamera tersembunyi.
Sedang membuka video porno dari telephon genggam milik pribadinya. Dan
tak lama, selang beberapa hari Arifinto mengundurkan diri sebagai
anggota DPR.
Harapan
Tidak ada kasus yang lebih berbahaya.
Selain dari pada korupsi.yang paling ditakuti para elit politik. Tahun
2013 menjadi musibah, baginya. Musibah bagai nodah partai dakwah.
Presiden Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) di jemput oleh KPK. Karena
tersangkut kasus penyuapan tender impor daging sapi, yang melibatkan PT
Indoguna. Arisan pun jatuh pada pucuk sang pimpinan . Hingga menjadi
ancaman demoralisasi bagi kader Partai dakwah itu. Untuk mempertahankan
basis elektoralnya.
Hari esok, lusa, diprediksi suara
elektoralnya akan ambruk, rontok, rapuh, hancur berkepnig-keping. Kader
yang berasal dari kalangan kampus. Yang tiap harinya memuja murabihnya.
Boleh jadi lenyap satu persatu.
Demikian halnya dengan para petingginya.
Sebagamana dilansir beberapa media. Banyak petingginya bergelimangan
harta. Tampil hedonis. Juga semakin menguatkan kalau
petinggi-petingginya. Telah keluar dari jargon partainya, yang
‘sederhana”. Apalagi sebagai partai bersih, sudah bukan lagi waktunya
meneriakkan kata itu. Setelah LHI menjadi tersangka dalam kasus impor
daging sapi.
Semoga saja, figur muda Anis Matta yang menggantikan LHI sebagai
presiden PKS. Benar-benar lambungnya tidak lagi bersahabat dengan tempat
tidur (tatajafa junubuhum anil madhoji).
Guna melakukan terobosan radikal. Terutama transparansi kekayaan dari
para petinggi partai dakwahnya. Kalau Anis Matta meneriakkan pertobatan
nasional. Mungkin cara yang
paling radikal mengembalkan kepercayaan kader dan simpatisan (dari
kalangan eksternal). Adalah audit secara nasional terhadap semua kader
dan petinggi partai. Yang saat ini memiliki kekayaan berlimpah ruah. ***
0 comments:
Post a Comment