Hanya sedikit pemain yang bertahan di satu tim dan menjadi legenda, Ryan Giggs, Paul Scholes dan Gary Neville menjadi legenda di Manchester United. Di Italia, pemain seperti Francesco Totti menghabiskan seluruh karirnya di AS Roma.Alessandro Del Piero telah menghabiskan 99 persen dari karirnya bersama Juventus,dunia sepakbola juga menjadi saksi salah satu bek terbaik sepanjang masa, Paolo Maldini, pensiun setelah menghabiskan seluruh karirnya bersama AC Milan.Satu nama yang tak boleh terlupa Javier Zanetti, dalam usia menjelang 40 tahun terus bermain di level tertinggi bersama Internazionale dan tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan. Meski bermain di Argentina selama beberapa tahun sebelum pindah ke Inter Milan pada usia 22 tahun, Zanetti mewujudkan semua ciri-ciri pemimpin yang baik dengan kehandalan, fleksibilitas dan konsistensi.
Banyak yang membandingkan Il Capitano Javier Zanetti dengan gelandang Red Devil, Ryan Giggs. Dengan umur yang sudah layak untuk gantung sepatu sebagai seorang pesepakbola, dua orang ini masih saja menjadi andalan bagi timnya masing-masing, mengarungi kasta tertinggi sepakbola Eropa. Namun, bagi saya Javier Zanetti memiliki kelebihan yang tak bisa dibandingkan dengan Ryan Giggs.
Keduanya memiliki fisik yang masih prima dibandingkan pesepakbola yang seumuran dengan mereka. Ryan Giggs masih sanggup mendribbling bola melewati beberapa pemain, sementara Il Pupi masih tangguh menghadang serangan-serangan yang mengancam pertahanan Il Biscione. Keduanya memiliki versatilitas yang luar biasa ketika digeser dari posisi natural mereka. Ryan Giggs mampu menjadi gelandang tengah sementara posisi naturalnya adalah sayap kiri klasik. Javier Zanetti lebih luar biasa lagi. Posisi naturalnya adalah bek kanan, namun ia mampu menjadi bek kiri, bek tengah, gelandang bertahan, gelandang kanan, ataupun gelandang kiri dengan sama baiknya menyesuaikan taktik 19 pelatih yang menangani La Beneamata sejak 1995 hingga kini.
Memang Ryan Giggs lebih bergelimang gelar dari pada Il Capitano, tapi itu semua di bawah satu nama pelatih Sir Alex Ferguson yang telah melatih Manchester United sejak 1986. Jebolan Class of 1992 itu telah meraih 12 gelar juara Premier League (mungkin bertambah nanti malam), 4 FA Cup, 4 Piala Liga, 8 Community Shield, 2 gelar juara UEFA Champions League, 1 Piala UEFA, 1 Piala Interkontinental dan 1 juara Piala Dunia antar club. Semua diraihnya dibawah bimbingan Sir Alex Ferguson, semenjak debutnya di musim 1990/1991.
Javier Zanetti, rekrutan pertama Massimo Moratti yang mendambakan kembalinya era Il Grande Inter. Javier Zanetti direkrut ketika Internazionale melewati apa yang disebut Wikipedia sebagai the dark ages. Zanetti adalah pasak pertama yang ditancapkan Moratti untuk mengembalikan kejayaan Internazionale. Meskipun ia harus menunggu 3 tahun sebelum meraih piala pertama yaitu Piala UEFA pada tahun 1998. Namun Zanetti tetap setia dengan Nerazzuri. Piala pertama yang diangkat Zanetti adalah Coppa Italia tahun 2005, 10 tahun setelah debutnya dan merasakan Scudetto pada tahun 2007, 12 tahun setelah ia menjejakkan kaki di ranah calcio.
Kesabaran, loyalitas dan kelegawaan Zanetti bertahan di kubu Il Biscione mencapai puncaknya ketika Internazionale mengukir sejarah sebagai klub Italia pertama yang meraih treble pada tahun 2010. 15 tahun penantian Zanetti untuk mencapaiachievement luar biasa itu. Pencapaian itu diraih setelah Internazionale berganti pelatih hingga 14 kali, dan Zanetti tetap mampu bersaing menempati starting line up La Beneamata. Zanetti tetap mampu menunjukkan kelasnya ketika Maicon Douglas Sisenando, salah satu bek kanan terbaik dunia didatangkan ke Stadio Giuseppe Meazza pada tahun 2006. Alih-alih duduk di bangku cadangan, Il Pupi menunjukkan fleksibilitas dengan beralih ke sisi kiri lini belakang. Bahkan untuk lebih menunjukkan betapa serbaguna dia sebenarnya, ia pernah dimainkan Jose Mourinho di lini tengah ketika lini tengah Internazionale dilanda badai cederaSalah satu penampilannya yang paling luar biasa adalah ketika Zanetti mendampingi Esteban Cambiasso sebagai gelandang bertahan, bahu membahu mematikan Lionel Messi dalam semifinal UEFA Champions League 2009-2010, yang berbuntut treble pertama sepanjang sejarahcalcio.
Ban kapten Internazionale melingkar di lengannya sejak menerima jabatan kapten dari Giuseppe Bergomi yang pensiun pada tahun 1999, empat tahun setelah debutnya di Internazionale. Bergomi pun termasuk pemain yang loyal. 20 tahun karier sepak bolanya hanya ia habiskan di Internazionale. Jabatan kapten yang telah ia sandang sejak tahun 1987 pun diestafetkan kepada Zanetti yang juga telah memecahkan rekornya sebagai pemain dengan penampilan terbanyak di Internazionale.
Dalam kasus apapun, il Capitano adalah perwujudan dari seorang pemimpin sejati.Meskipun usianya hampir 40 tahun, ia masih cukup handal untuk menampilkan permainan kelas dunia di Serie A, Liga Champion dan panggung Internasional. Tidak peduli siapa yang melatih Inter, Zanetti masih sanggup memainkan lebih dari 50 pertandingan tiap tahunnya. Sesuatu yang mungkin belum tentu bisa dilakukan pemain yang berusia lebih muda darinya. Layaknya anggur, Zanetti terus bermain lebih baik seiring dengan berjalannya waktu. Jangan pensiun dulu kapten.
_AnovA_
sumber : http://anovanisme.blogspot.com/2013/04/javier-zanetti-legenda-hidup-yang-legawa.html
0 comments:
Post a Comment